Kamis, 20 Juni 2013

Aku benci! Kepadamu,

Aku benci merasa senang saat bertemu lagi denganmu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak.
Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan disaat kamu muncul, aku ketiduran.
Aku benci melihat SMS/BBM kamu muncul dilayar hpku dan aku harus memakan waktu yang cukup lama untuk membalas, menghapus, memikirkan kata demi kata.
Aku benci disaat aku harus mengatakan aku merindumu, aku hanya bisa membaca SMS/BBM mu yang lalu.
Aku benci menatap wajahmu yang mungkin membuatku tak bisa tidur semalaman.
Aku benci mencium bau aroma parfummu yang tak bisa kutebak apa mereknya.
Aku benci harus memendam rasa disaat cemburu membuatku ragu kepadamu.
Aku benci kenapa aku harus mengagumimu.
Aku benci disaat aku bermain lempar tangkap senyuman denganmu.
Aku benci dimana kamu memanggilku "Sayang" dan membuatku gugup untuk menjawabnya.
Aku benci mendengar cerita masa lalu yang pernah kamu dan dia lewati membuatku tersingkirkan.
Aku beci berada dalam situasi seperti itu.


Kamis, 16 Mei 2013

Rindu kita

X : Hai
Y : Hai juga
X : Sedang apa?
Y : Sedang merindukan seseorang,
X : Kalau aku boleh tau, siapa orang itu?
Y : emm, maaf kau tak perlu tau
X : Kenapa gitu?
Y : Tidak papa
X : Yasudahlah
Y : Dan, kamu sedang apa?
X : Sama sepertimu, merindukan seseorang
Y : Siapa?
X : Haruskah kuberitaumu?
Y : Begini saja, aku akan memberitaumu siapa yang aku rindukan
Y : Siapa?
X : Siapa lagi kalau bukan kamu; Lalu siapa yang kamu rindukan?
Y : Siapa lagi kalau bukan orang yang sedang merinduku saat ini
X : Memang siapa?
Y : Ya kamu,
X : Benarkah?
Y : Iya, aku sangat sangat merindumu. Terimakasih sudah merinduku
X : ...sama-sama
Y : ....

Rabu, 24 April 2013

Hari yang berbahasa kalbu


Kau ingat ini hari apa? Ya, kamu masih ingat ternyata. Di hari yang sama ini, kita telah banyak mencipta ruang-ruang mahal untuk dilupa. Mengadu rindu. Dengan malu-malu. Menghabiskan waktu. Dalam temu. Ya, di hari ini kita dipertemukan Tuhan. Dan di hari ini pula kita dipersatukan Tuhan. Mengeratkan jemari yang saling menguatkan.

Kemarin. Kita masih dalam masa penantian. Masih dalam dunia berbeda, yang berseberangan. Hingga manismu memanggil semut-semut hati. Mengerumuni dengan  menggerilyakan diri. Meminang tanpa ucap, selain lewat gemersik nadi. Menyulam senyuman tanpa henti.

Bagaimana dengan esoknya kita? Aku, kamu, mereka, tak ada yang bisa mengira-ngira. Memang seperti itulah romantisme Tuhan terhadap kita. Jadi, aku hanya berpengkuh dalam senyuman senja. Dalam tengadah doa. Dalam pemaknaan setiap jejak kita. Menuju pengertian. Perhatian. Keabadian.

Mungkin memang benar. Aku sangat larut dalam pemandian waktu. Merajut tentang aku dan kamu. Setiap hari-hari yang selalu terasa panjang tanpa hadirmu. Setiap hari-hari yang selalu terasa singkat dalam dekapmu. Adalah hari yang berbahasa kalbu.


Memilihmu


Tak perlu kau minta
Aku akan menjagamu sepanjang waktu
Dengan cinta sebagai mataku
Dengan rindu sebagai jembatanku
Malam masih punya cerita tentang kita, rindu, dan bening dua matamu yang menantang bintang.
Aku merindukan mata kita bercengkrama seperti kemarin, pada sepotong sore yang mendung.
Matamu, pijar terhangat yang aku kenal sore kemarin. Sekarang aku mengerti. Itu sungguh berarti.
Hatiku telah memilihmu sejak potongan episode menyatukan lewat pertemuan.
Dengan cinta yang ada tanpa meminta.
Dengan rindu yang mempersatu meski tak temu.
Kamu begitu gemar merumah di pikiranku.
Dan selalu kubingkai segala tentangmu.
Dan sewujud doa mengalir di tiap sudut waktu.
Untuk kamu.


Selasa, 23 April 2013

Perasaan Asing

Aku : Kau pernah merasakan perasaan yang asing?
Kau : Maksudnya? Seperti apa?
Aku : Seperti ada seseorang yang sedang rindu denganmu?
Kau : pernah, itu sangat menggangguku.
Aku : Benarkah?
Kau : iya, tentu.
Aku : Jika seseorang yang merindukanmu itu aku, apakah itu mengganggumu?
Kau : ......

!!!

Gue nggak bisa jauh dari dia,
dan ngebayangin dia sama orang lain,
bikin gue sakit hati banget.